DESA WISATA HANJELI

-


Pada hari minggu, tanggal 05 Juli 2020, sekitar pukul 11.00 siang, saya dan teman-teman berkunjung ke Desa Wisata Hanjeli yang terletak di Kecamatan Waluran Kabupaten Sukabumi . Kunjungan ini sifatnya mendadak karena tidak direncakan sebelumnya.

Sesampainya di Desa Wisata Hanjeli kami disambut dengan ramah oleh Bapak Asep Hidayat, beliau adalah founder Desa Wisata Hanjeli. Setelah memperkenalkan diri kami mulai menyampaikan tujuan kunjungan kami ke tempat tersebut, yaitu ingin belajar mengenai konsep pemberdayaan Desa Wisata Hanjeli. Dengan antusias beliau mulai memaparkan tentang berbagai hal mengenai pemberdayaan Desa Wisata Hanjeli.

Berdasarkan penuturannya, pemberdayaan desa ini disebut sebagai “Bassed Village Empowerment” atau pemberdayaan berbasis masyarakat lokal dengan pola “bassed Partnership Program.” Salah satu konsep yang digunakan adalah Konsep Pemberdayaan Zero Rupiah yaitu Pola Kolaborasi dengan orang tua asuh.

Kegiatan di Desa Wisata Hanjeli tidak hanya memperkenalkan dan mengedukasi tentang tanaman Hanjeli saja sebagai icon dari Desa Wisata Hanjeli. Tetapi, di desa wisata ini pun terdapat kegiatan edukasi lain seperti Rumah Baca, Kaulinan Jaman Baheula (Permainan Jaman Dahulu), Hidroponik, dan Budiksalamber (Budidaya Ikan Sayur Dalam Ember). Kegiatan ini cocok bagi komunitas, sekolah (mulai dari TK  sampai dengan SMA), dan Mahasiswa.

Setelah mendengarkan pemaparan dan tanya jawab bersama Bapak Asep Hidayat, membuat kami semakin antusias untuk belajar lebih banyak bersama beliau terkait pemberdayaan masyarakat di daerah, yang nantinya akan kami terapkan di daerah kami sebagai bagian dari Desa Wisata Hanjeli. Untuk dapat sampai seperti yang telah dilakukan oleh Bapak Asep Hidayat, perjalanan kami tentunya masih sangat panjang, namun kami akan selalu optimis karena apa yang sudah beliau lakukan saat ini telah menjadi inspirasi bagi kami semua. Semoga kedepannya semakin banyak penggiat di setiap daerah yang dapat memberdayakan dan memajukan daerahnya masing-masing.

Untuk selanjutnya, saya akan membuat ulasan lebih detil mengenai tanaman hanjeli dan pemanfaatannya. Sampai jumpa di tulisan berikutnya J

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian Gedung Sentra Opak Ketan Jampang Sebagai Pusat Oleh-Oleh Khas Pajampangan

-
Gambar
  Opak sebagai makanan khas pajampangan kini semakin mendapat apresiasi dari pemerintah, khususnya Kementrian Perindustrian. Hal ini terbukti dengan adanya pembangunan Gedung Sentra Opak Ketan Jampang sebagai pusat oleh-oleh khas pajampangan. Kemudian pada sabtu, tanggal 04 November 2023, Gedung Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) Opak Ketan Jampang telah diresmikan oleh Bupati Sukabumi, H. Marwan Hamami. Dalam acara peresmian Gedung IKM Opak Ketan Jampang teradap beberapa kegiatan yang diselenggarakan, yaitu jalan santai, pembagian kupon doorprize , kegiatan seni budaya, santunan anak yatim, sambutan-sambutan, dan festival produk IKM Pajampangan.  Nama Gedung IKM Opak Ketan Jampang diambil dari nama makanan khas pajampangan, yaitu opak yang sudah menjadi icon dan brand image pajampangan. Meski begitu, produk yang nantinya akan dipromosikan dan dijual di tempat ini bukan hanya produk opak saja, tetapi berbagai jenis produk IKM di wilayah Pajampangan dan Kawasan Geopark...
Baca selengkapnya

FOSIL MEGALODON, HARTA KARUN DI TANAH PAJAMPANGAN

-
Gambar
Baru-baru ini tanah  p ajampangan telah memiliki museum yang mengoleksi peninggalan kehidupan laut purba, namanya “Museum Megalodon”. Museum ini didirikan pada awal bulan Januari 2021, terletak di Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Pendirian Musem Megalodon dilatarbelakangi dengan adanya penemuan fosil jejak kehidupan laut purba oleh masyarakat setempat, berupa fosil gigi megalodon, fosil molusca, fosil astropoda, fosil lumba-lumba, dan fosil ikan paus. Fosil yang paling banyak ditemukan adalah fosil gigi megalodon dan jumlahnya telah  mencapai  ratusan. Hal ini membuktikan bahwa dahulu kala wilayah Gunungsungging dan sekitarnya merupakan habitat megalodon. Awalnya masyarakat setempat menyebut fosil gigi megalodon dengan sebutan “huntu gelap” dan tidak terlalu menghiraukannya, bahkan banyak masyarakat yang menganggap bahwa huntu gelap memiliki mitos tersendiri, sehingga ada ketakukan untuk memilik i nya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dike...
Baca selengkapnya